Sabtu, 27 September 2008

Kejujuran Adalah Awal Sebuah Kebahagian

Seperti biasa, menjelang tidur, pikiranku pun selalu mengawang-ngawang entah kemana mencari makna kehidupan. Sudah cukup lama, tepatnya sejak aku ada di semester empat kuliah di fakultas ekonomi, aku menemukan apa tujuan hidupku. Bahwa sebagaimana prinsip ekonomi yang aku yakini, dimana setiap individu berusaha untuk memaksimalkan tingkat utilitasnya (kepuasannya), dari sanalah aku yakin bahwa kehidupan ini dijalankan untuk menggapai kebahagiaan. Maka tujuan kehidupan bukanlah menjadi kaya raya namun tak bisa tenang karena uang yang diperoleh tidak halal. Tujuan kehidupan tidak pula menjadi terkenal namun hidup dalam sandiwara yang menyakitkan. Dan kehidupan tidak pula bertujuan mencari kekuasaan dengan cara mengelabui nurani. Bahwa kehidupan hanya untuk sebuah kebahagian yang tentunya mengandung tiga hal, uang, ketenaran, dan kekuasaan yang secukupnya tanpa mengorbankan sesuatu yang berharga dari diri kita.

Namun yang lama kucari adalah apa yang seharus dilakukan untuk mencapai kebahagian itu sendiri? Aku tau, aku ingin hidup bahagia. Tapi bagaimana caranya? Apakah kebahagiaan akan datang dari sebuah tindakan yang bermalas-malas. Ya, namun hanya tuk sejenak, bukan tuk selamanya. Apakah kebahagiaan akan datang dengan mengharapkan orang lain memberikan semua keinginan kita? Ya, namun bila memang ada orang yang sebaik malaikat. Atau justru kebahagiaan akan datang bila kita melakukan tindakan-tindakan yang terlarang seperti korupsi misalnya? Ya juga, namun rentan berubah menjadi malapetaka. Lalu apa yang bisa membuat kita hidup bahagia selamanya?, karena aku bukanlah orang yang suka akan ketidakpastian dan resiko. Bagiku tak ada gunanya hidup bahagia semalam namun menderita seminggu. Hidup membutuhkan kestabilan dan kenyamanan bagiku.

Butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk mendapatkan sebuah jawaban yang sebenarnya sangat sederhana. Jawaban yang hanya sebuah kata yang sudah sangat sering di katakan orang tua, guru, ustad, bahkan mungkin apa yang sering ku katakan sendiri kepada orang lain. Bahwa yang kita butuhkan hanyalah satu sikap yang sederhana yakni hiduplah dengan jujur. Hiduplah untuk hal-hal yang kita senangi dan jangan lakukan yang kita benci. Hiduplah dengan apa adanya jangan menilai sesuatu dengan standar orang lain. Hiduplah dengan mata kita, telinga kita, mulut kita, dan tentunya hati kita, bukan dengan orang lain punya. Hiduplah sebagai dirimu!. Dirimu yang engkau inginkan.

Kejujuran adalah sebuah pondasi dari bagunan kebahagian. Bagaimana bisa? Sederhananya saja okelah kita bahagia saat ini dengan uang hasil korupsi, tapi bagaimana nanti bila ketahuan? Bagaimana dengan nanti? Bagaimana dengan nanti, lalu nanti bagaimana, kalau begini bagaimana, mungkin itulah kata-kata yang sering kita lupakan dalam menjalani hidup. Sering kali kita mengalami myopia, kita hanya melihat segala sesuatu dalam jangka pendek saja, tanpa perduli dampaknya akan masa depan yang juga harus bahagia bukan? Padahal dalam ilmu ekonomi sangat jelas apa yang disebut dengan bagaimana nanti tersebut, yakni itu adalah sebuah resiko. Sebuah resiko yang kubenci dalam hidup.

Kita tau bahwa apa yang disebut sebagai resiko adalah biaya. Dalam penghitungan ekonomi, sebuah resiko pasti akan dikonversikan sebagai biaya. Resiko terjadinya inflasi melahirkan bunga pinjaman, resiko terjadinya kecelakaan melahirkan asuransi, bahkan resiko kita nanti masuk neraka membuat kita meluangkan waktu untuk beribadah. Arti sebuah resiko adalah biaya yang harus dibayarkan. Dan sangat jelas pula bahwa sebuah biaya merupakan faktor yang akan mengurangi keuntungan. Yang mana keuntungan tersebut, dalam hidup adalah sebuah kebahagiaan yang kita impikan. Maka sangat jelas sebuah tindakan tidak jujur akan mengurangi kebahagiaan kita dalam menjalani hidup.

Hal wajar, untuk menutupi kasus korupsi, seorang koruptor harus selalu berkuasa dan tentunya juga mengeluarkan banyak biaya dan waktu. Bila tertangkap harus sogok sana-sogok sini bila mau bebas. Apa artinya itu semua?

Maka hanya ada satu menuju kebahagiaan hidup yang hakiki, yakni hiduplah dengan jujur. Karena kejujuran adalah awal sebuah kebahagian.