Bagi pendukungnya, WTO dinilai sebagai salah satu pencapaian terbesar bagi kemajuan perdagangan dunia. Namun, di balik semua itu, WTO terus mendapatkan kritikan dan tantangan yang keras terutama dari masyarakat pekerja yang menilai WTO sebagai ancaman laten bagi kehidupan mereka.
Hampir setiap kegiatan WTO direspon dengan aksi unjuk rasa dari kelas pekerja dan petani, bahkan tidak jarang dari aksi tersebut berakhir menjadi kerusuhan masal. WTO dinilai hanya menguntungkan bagi perusahaan multinasional untuk mencapai skala ekonomisnya, namun tidak bersahabat kepada usaha-usaha rakyat yang terus berusaha mempertahankan kehidupannya.
Tidak hanya itu, walaupun secara aturan keputusan WTO diambil dengan cara konsensus, dalam kenyataannya naskah awal kesepakatan lebih ditentukan oleh faktor lain yakni kekuatan politik negara-negara anggota. Di dalam WTO dikenal ada “power bloc” yang disebut “Quad” terdiri dari Uni Eropa, Jepang, AS, dan Canada. Sehingga seringkali keputusan yang diambil dalam perundingan WTO tidak sesuai dengan kepentingan negara-negara berkembang walaupun mereka merupakan mayoritas anggota di WTO.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangnya tersebut, WTO terus dipertahankan sebagai satu-satunya organisasi internasional yang mengurusi masalah perdagangan internasional. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini WTO dirasakan lebih banyak memberikan dampak positif dibandingkan dampak negatif kepada negara anggotanya. Sesuai dengan sebuah pepatah, “seindah apapun sebuah koin emas, ia selalu memiliki dua sisi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar